Kalimbuang Bori’: Situs Megalitik yang Masih Lestari
Siapa
sangka batu-batu besar yang berdiri seperti di Stonehenge juga terdapat di
Toraja? Indonesia gitu loh, semuanya ada disini.
Pintu masuk menuju Kalimbuang Bori' dengan background Lakkian dan Kubur Batu
Kalimbuang
Bori’, lokasinya sekitar 7 km arah Kota Rantepao, arah ke Batutumonga. Sudah
dekat dengan Batutumonga, tapi masih perlu perjalanan 30 menit untuk tiba di
Batutumonga. Sulit ditempuh dengan angkutan umum. Sebaiknya sewa kendaraan saja
dari pusat kota. Tiket masuknya sama dengan obyek wisata lain, sekitar RP 10.000,00
per orang.
Situs
Megalitik Kalimbuang Bori’ ini lagi-lagi tidak jauh-jauh dengan unsur kematian.
Terdapat banyak sekali menhir yang berdiri di situs ini. Kabarnya, menhir ini adalah
sebagai wujud dari orang yang sudah meninggal, artinya mirip seperti patung
kayu yang diletakkan di depan makam.
Menhir
ini bukan menhir sembarangan. Pembuatannya harus diadakan upacara adat terlebih
dahulu yang kono kabarnya harus mengorbankan cukup banyak kerbau. Kemudian,
batu akan dipahat selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Batu diambil
dari daerah di sekitar Toraja. Ukuran dan bentuk batu mengikuti keinginan pihak
keluarga. Semakin tinggi batunya, kabarnya, semakin tinggi pula strata sosialnya.
Makam yang sedang dalam proses pembuatan. Semuanya dipahat dengan pahat batu manual
Di
tempat ini, jenazah dimakamkan di makam batu. Yaitu makam yang dibuat pada
sebuah batu gunung yang sangat besar. Bentuknya dari luar hanyalah kecil,
berupa pintu berukuran 1x0,5 meter saja. Tapi kabarnya bagian dalamnya sangat
luas dan bisa dipakai untuk tidur orang 3. Proses pembuatannya sangat lama dan
harus menggunakan pahat tradisional untuk memahatnya. Kadang makam juga
disertai pahatan-pahatan tertentu yang bisa menandakan strata sosialnya.
Pada
salah satu makam, terdapat pahatan kepala kerbau yang dibuat dan dipahat
sekalian bersama dengan proses pemahatan makam.
Pahatan kepala kerbau di sebuah makam
Sebelum
dimakamkan, jenazah disemayamkan di sebuah gubug yang tinggi yang disebut
sebagai Lakkian.
Selain
makam dalam batu, terdapat juga makam dalam pohon yang menyerupai situs
pemakaman Kambira. Namun, jumlah bayi yang makamkan di Kalimbuang Bori’ ini
hanya sedikit. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai makam bayi akan
dijelaskan di halaman khusus Kambira.
Makam pohon mirip di Situs Kambira
Karena
tidak ada toko oleh-oleh, maka sebagai gantinya bisa meneruskan perjalanan ke
arah kota Rantepao dengan melewati jalan desa. DI sepanjang jalan desa tersebut
akan ditemui banyak orang Toraja beraktivitas. Kebanyakan siswa SD di Toraja berangkat
dan pulang sekolah dengan jalan kaki.
Selain
itu, dapat melihat juga Tongkonan dan Allang modern. Kaki-kakinya sudah bukan
dari kayu, tetapi dari beton. Tetapi bangunan utamanya tetap dari kayu.
Kabarnya, pemiliknya adalah orang kaya. Saat ada keluarga yang meninggal
beberapa saat lalu, keluarga tersebut mengorbankan ratusan ekor kerbau.
Tongkonan modern. Tiang penyangganya dari beton
Selain
melihat tongkonan dan aktivitas warga, Anda juga bisa melihat alam sekitar yang
sangat asri dan subur. Sawah-sawah menghijau, dan sesekali ada kerbau yang
sengaja dilepas pemiliknya di sawah.
Tedong Ballian
Selain
itu, untuk menuju Rantepao, Anda bisa meminta kepada pengantar Anda untuk
mampir sejenak melihat kerbau jenis Ballian. Tedong Ballian ini adalah kerbau
yang memiliki tanduk panjang hampir 3 meter. Oleh pembeli sudah ditawar Rp 500
juta, tetapi sang pemilik mau melepaskan dengan harga Rp 600 juta. Kerbau
Ballian ini bukan kerbau bercorak putih hitam, bukan merupakan kerbau aduan
juga karena tanduknya mengarah ke bawah dan berat.
Komentar
Posting Komentar