Tour de Celebes: The Last Day, Suatu Saat Saya Kembali (Day 7)
Senin
pagi pukul 03.45. Saya terbangun dan teringat 1 hal: Klinik Ortho. Kenapa di
pagi-pagi buta di tanah orang yang teringat kok ya harus klink orthodonsia yang
suram sekali. Apalagi kabarnya hari ini ada rekapan, sementara nilai saya masih
kurang banyak. Semoga selamat lah.
Pagi
ini saya segera beranjak mandi, dan bersiap, sekaligus melakukan packing akhir
supaya barang bawaan aman. Kali ini saya tidak diantarkan oleh Mas Erwin karena
Mas Erwin akan mengantarkan rombongan. Toh jika rombongan berangkat
bersama-sama dengan saya, tentu kasihan karena jadwal pesawat mereka masih jam
07.35. Saya memilih berangkat bersama mobil hotel, dan kena tarif pengantaran.
Ya maklum sih, bandara jauh dari peradaban.
Pukul
04.30 saya sudah siap di loby. Saya bermaksud mengingatkan pesanan taksi saya
dan pesanan breakfast yang dibungkus, nasi goreng. Ternyata, kru saat itu
bangun kesiangan sehingga breakfast belum dibuat. Yasudahlah, daripada
ketinggalan pesawat, mending ketinggalan breakfast. Toh nanti masih bisa makan
nasi pecel Dharmahusada. Maklum juga lah, karena breakfast hotel biasanya baru
mulai jam 6. Jadi cukup wajar dan manusiawi jika pukul 04.00 mereka masih belum
siap.
Saya
berpamitan dengan ibu saya dan segera naik ke mobil yang akan mengantar saya ke
bandara. Saya langsung Surabaya, ibu saya dan rombongan pulang ke Jogja.
Jalanan pagi itu sangat sepi. Tidak ditemukan tanda-tanda gondhes
kebut-kebutan, gondhes mabuk, atau gondhes dan mendhes sedang enak-enakan.
Masuk tol mobil dipacu 100-110 km/jam. Karena jalan tol memang sepi. Saya
berangkat dari hotel terhitung pukul 04.35.
Pukul
04.55 saya sudah tiba di gerbang keberangkatan Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin. Segera biaya pengantaran Rp 150.000 saya serahkan ke driver sembari
menyampaikan terima kasih. Suasana bandara pagi itu sangat ramai sekali. Tetapi
bis-bis dari Toraja belum terlihat memadati pintu kedatangan. Sepertinya masih
belum, dan agak terlambat.
Saya
segera masuk ke pelaporan tiket. First impressionnya jelek, karena banyak loket
yang tutup, sementara antrian panjang dan waktu boarding semakin mepet.
Akhirnya oleh petugas berpakaian preman dipersilakan antri di pelaporan khusus
penumpang eksekutif.
Pelaporan
tidak makan waktu lama karena sudah sejak semalam sudah web check-in. Jadi tiba
di loket tinggal nunjukin HP, terus beres. Tas keryl saya masukkan ke bagasi
saja, dengan resiko nanti bongkar muatannya mungkin lama. Tak apalah, toh sudah
di kota sendiri dan tidak mengejar waktu. Saya bergegas masuk ke boarding room.
Lagi-lagi di gerbang pemeriksaan PJ2PU antri panjang sekali karena hanya 2
gerbang yang dibuka. Sudah begitu proses x-ray juga terhambat karena petugas
kurang sat set. Beda lah sama Bandara Juanda.
Setelah
semua proses selesai, saya harus memastikan supaya tidak salah gate lagi. Bisa
matek kalau salah gate, karena bandara ini bandara yang besar. Ternyata gatenya
jadi satu semua. Hanya ruang tunggunya memang kurang nyaman, karena sangat
menyatu dengan toko-toko di sekitar. Beda dengan Kualanamu dan T3 SHIA.
Pukul
05.40, seluruh penumpang GA666 diminta untuk masuk ke pesawat. Keren nomer
penerbangannya, triple six. Tapi panggilannya nggak keren, Cuma diteriaki aja
sama petugas gate 1, mirip kalau mau naik bis dari Bungurasih gitu sih.
Kali
ini pesawat lagi-lagi berjenis Bombardier CRJ1000 Explore-Jet. Kalau waktu
berangkat pilih tempat duduk 25K, kali ini saya dapat nomor 29A, kiri agak
depan. Waktu naik, udah berpikiran enak nih bisa tidur sambil lendetan jendela.
Eh, mendadak ada penumpang kampungan nuker kursi seenak jidat. Dia di tiketnya
29C, 29I, dan 29K. Eh, dia minta tuker 29A seenak jidat, tanpa ngomong, tanpa
ijin, Cuma bilang, “Masnya sana!” Duh dek! Kalau memang mau duduk bertiga
jejeran kan bisa sih mbak mas buat check in web pilih seat sendiri atau pas check
in di pelaporan tiket minta sama petugasnya. Toh kursi belakang juga banyak
yang kosong, karena penerbangan pagi ini memang sepi. Bikin ribet dan bikin
mangkel saja. Dampaknya, penumpang cowok sebelah kanan saya yang serombongan
dengan mereka jadi bahan kemangkelan saya.
Pesawat
take-off tepat waktu, dan mendarat di Bandara Juanda Terminal 2 juga dengan
tepat waktu dan lebih mulus daripada waktu naik pesawat Lion Air, meskipun ada
juga Lion Air yang mendaratnya mulus di Juanda. Saya bergegas keluar dan naik
bis apron menuju bandara utama karena lagi-lagi pesawat diparkir di paling
ujung.
Tiba
di tempat pengambilan bagasi, saya mengira akan menunggu cukup lama untuk bisa
ambil tas. Ternyata, begitu saya tiba disana, tas saya adalah yang pertama kali
muncul. Ternyata, lelet atau tidaknya pelayanan bagasi tergantung pada petugas
bandara yang bersangkutan. Setelah tas saya dapat, saya segera mengambil kunci
motor dan kunci kos yang jadi satu karena saya harus mengambil motor saya.
Ketika keluar bandara dan ditawari ojek, taksi, bis damri, saya tinggal
menunjukkan kunci motor saya saja. Dan semuanya langsung diam, yasudahlah.
Kemudian
saya segera menuju motor saya yang sudah 6 hari terkena hujan dan panas karena
tidak saya berikan raincover. Mahal Bro! Ternyata starternya masih normal,
distart langsung nyala. Saya segera keluar kompleks bandara, kemudian membayar
biaya parkir inap, yang ternyata Cuma Rp 5.000,00 per hari (kalau di Hasanuddin
bisa mencapai Rp 25.000,00 per hari, tulisan di papan depan sih). Saya kemudian
bergegas memulai pagi itu di Surabaya dengan penuh semangat, bersama dengan
orang-orang yang berangkat dari Tropodo dan sekitarnya, menembus kabut pagi
Surabaya untuk memulai hari. End-
Komentar
Posting Komentar