Tour de Celebes: Menyapa Bira (Day 1 Part 2)
Waktu
menunjukkan pukul 15.55 WITA. Cukup cepat perjalanannya, 5 jam 35 menit. Saya
bergegas turun dari bis, dibantu oleh kernet yang sangat ramah. Bis saat itu tidak
langsung menyeberang ke Selayar karena cuaca sedang buruk, angin besar (padahal
saat di pelabuhan anginnya biasa saja). Ditambah lagi, kapal yang berfungsi
normal hanya KM Sangke Pallanga karena KM Bontoharu sedang ada trouble mesin.
Sehingga bis dan penumpang lain harus menunggu waktu tidak pasti.
Saya
bergegas menuju ke ATM, karena di depan pelabuhan ada ATM. Ada ATM BNI dan BRI.
Lumayan, bisa ambil uang untuk cadangan seandainya ada apa-apa. Selesai
mengambil uang, saya bengong di depan gerbang karena tidak ada ojek. Beberapa
blog merekomendasikan pakai ojek ke Tanjung Bira karena lumayan jauh. Saya
memberanikan diri bertanya ke bapak petugas pelabuhan, dengan harapan mengerti
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
“Permisi
pak.”
“Iya
dek, ada yang bisa saya bantu?” Jawab bapak ini dengan wajah garangnya
“Mau
tanya pak, kalau mau ke obyek wisata Tanjung Bira naik apa ya pak?”
“Wah,
Anda harus jalan kaki dek. Disini tidak ada ojek.”
“Arahnya
kemana ya pak?”
“Iya
ini, jalan ini lurus saja, nanti ada gerbangnya. Sekitar 1 km kok dek dari
sini.” Jawab bapak ini sambil menunjuk jalan.
“Baik
pak, terima kasih banyak. Mari pak” Saya segera berlalu dari bapak tersebut
“Eh
dek, sebentar...” Bapak tadi memanggil saya kembali, lalu berkata
“Atau
adek saya antarkan saja, tapi adek tunggu disini sebentar, saya urus kapal
dulu. Nanti saya antar saja.”
Dengan
tidak enak hati dan sedikit menolak, akhirnya saya menyetujui tawaran bapak
tersebut. Dibalik wajah yang garang selalu terdapat hati yang lembut.
Setelah
mengurus kapal KM Sangke Pallanga, bapak tersebut kembali menghampiri saya
dengan Jupiter MX 135Lcnya dan mengantarkan saya ke hotel yang saya pilih:
Hotel Salassa. Ternyata bapak ini kenal baik dengan pemilik hotel. Saya memilih
hotel ini karena rekomendasi beberapa blog menyebutkan hotel ini murah, bersih,
dan pemiliknya ramah. Sesampainya di depan hotel, saya ingin memberikan
pengganti bensin ke bapaknya. Tetapi bapaknya menolah dan langsung pergi begitu
saja. Terima kasih banyak bapak atas tumpangannya, semoga lancar segalanya!
Salassa Guest House, Lumayan nyaman dan cuma 100 meter dari pantai
Saya
masuk ke hotel dan disambut dengan ramah oleh mas-mas yang menjaga hotel. Salah
satu asisten pemilik hotel mungkin. Atau mungkin anak pemilik hotel. Biayanya
ketika itu Rp 120.000 termasuk breakfast. Biaya dibayarkan ketika check out,
bersama dengan biaya lain-lain (sewa motor/mobil, makanan tambahan, dll). Saya
langsung masuk ke kamar dan beristirahat sejenak. Kamarnya cukup nyaman.
Dinding dan lantainya terbuat dari kayu karena ada di lantai 2, ada kipas
angin, kasurnya sudah springbed. Bau kamar juga tidak penguk, tidak apek. Saya
berbaring sejenak mengistirahatkan badan yang lelah.
Istirahat dan berbaring sejenak, kasurnya empuk dan nyaman
Setelah
badan agak fresh, saya berjalan keluar ke arah pantai. Dengan sendal jepit dan
membawa tas kamera. Ternyata memang benar anginnya sedang kencang sekali.
Melangkahkan kaki saja perlu perjuangan. Ombak juga sedang besar dan jarak
pandang tidak terlalu baik. Tapi anugerah tersendiri di tengah ombak besar ini,
pantai jadi terlihat bersih saat air pasang, dan warna gradasi 3 warna air laut
terlihat sangat jelas. Yaa, meskipun akhirnya batal diving atau snorkelling
karena ombak yang demikian ganasnya. Hanya foto-foto sejenak saja kemudian
kembali ke hotel. Saya tidak kuat dengan anginnya, takut masuk angin, apalagi
trip masih panjang.
Suasana pantai sore itu, ombak pasang dan besar
Masih
kurang puas dengan hanya objek pantai, saya menyewa motor ke mas-mas yang jaga
hotel tadi. Cukup murah, hanya Rp 70.000 selama 24 jam, tidak termasuk bensin.
Saya bertanya objek lainnya yang cukup menarik, katanya proses pembuatan perahu
pinisi di dekat pelabuhan. Saya pun bergegas bergerak ke Pantai Timur Bira, ke
tempat pembuatan kapal Pinisi. Kabarnya sedang ada kapal yang dalam proses
building, ada yang sudah sampai proses akhir dan siap diluncurkan. Tempatnya
berada di balik bukit, di tepi pantai. Jalanannya kecil dan menurun, tapi sudah
di betonase. Di tempat tersebut juga terdapat mess pekerja.
Saya
langsung memarkir motor di dekat pantai dan melihat-lihat kapal pinisi. Pekerja
disitu menatap saya dengan tatapan asing. Saya hanya memotret-motret sedikit
saja, takut kalau-kalau disitu dilarang mengambil gambar. Setelah cukup, saya
pun pergi dan memantabkan diri kembali besok pagi untuk sekalian melihat
sunrise dibalik Pinisi.
Kapal Pinisi sedang dalam proses
Dalam
perjalanan saya menyempatkan diri mampir ke pelabuhan untuk sekedar cari makan.
Wow, antriannya tambah panjang dengan mobil-mobil pribadi. Saya memilih warung
di dekat gerbang masuk pelabuhan dan memilih menu Nasi Ayam dan minum air
putih. Tak beberapa lama pesanan terhidang lengkap: ayam, sayur kaldu, nasi
putih 1 bakul, lalapan, sambal, dan aqua gelas. Langsunglah gabungan antara
sarapan, makan siang, dan makan malam ini dimulai. Nasi 1 bakul habis dan
lenyap dalam sesaat. Lumayan mahal sih, Rp 20.000 untuk semua menu yang saya
makan. Tapi tidak apa-apa, yang penting perut penuh.
Saya
bergegas memacu motor saya ke arah Tanjung Bira. Karena hari belum beranjak
gelap, meskipun sudah pukul 18.00 WITA, saya memilih menelusuri jalan-jalan
tikus. Saya pilih belok ke kanan, ke arah bukit BTS. Ada gardu pandang disana,
barangkali bisa mencapai sana melalui jalan tersebut. Jalannya lumayan mulus,
beralaskan beton. Tapi lama kelamaan jalan membelok dan menjauhi BTS dan masuk
ke daerah penuh cafe-cafe berlabel Bir Bintang. Semakin masuk ke dalam mulai
nampak banyak purel-purel di kanan kiri jalan berpakaian sexy. Mungkin ini zona
esek-eseknya Tanjung Bira. Daripada terlibat semakin jauh, saya akhirnya
memilih putar balik dan kembali ke hotel daripada terjadi sesuatu yang
tidak-tidak.
Setibanya
di hotel langit sudah mulai gelap. Saya bergegas mandi menyegarkan diri, dan
kemudian diakhiri dengan berbaring di tempat tidur. Tak lama kemudian mata saya
terlelap setelah menyetel alarm pukul 05.00.
Komentar
Posting Komentar